Rabu, 05 November 2014

Atap Rumah Tradisional Jawa


ANALISIS ATAP RUMAH JOGLO

Bentuk Atap Rumah Joglo 

Rumah Joglo merupakan rumah adat suku Jawa. Rumah jenis joglo memiliki struktur bangunan yang unik dimana biasanya rumah tersebut memiliki dua bagian utama yaitu bagian pendapa yang biasanya ukuranya sangat luas, ruangan ini biasanya dipergunakan sebagai tempat meneriam tamu maupun tempat untuk musyawarah. Sedangkan bagian kedua adalah bagian dalam dari rumah joglo yang biasanya bersifat tertutup untuk orang luar karena merupakan ruang privasi yang berupa kamar dapur dan sebagainya. Bentuk atap joglo dibagi menjadi beberapa, dan diantaranya adalah sebagai berikut:
1.    Joglo Lawakan
Bangunan joglo ini menggunakan tiang sebanyak 16 buah dan 4 diantaranya adalah saka guru. Atapnya sendiri terdiri dari empat sisi masing-masing tersusun dua dan sebuah bubungan. Bentuk bangunan ini dari atas ke baawah semakin melebar seperti payung.
  
Gambar 2.1 Gambar Joglo Lawakan
  
                            
2.    Joglo Sinom
Bangunan joglo ini menggunakan tiang sebanyak 36 buah dan 4 diantaranya adalah saka guru. Atapnya terdiri dari mpat belah sisi masing-masing bertingkat tiga dan sebuah bubungan. Bentuk bangunan ini merupakan perkembangan dari joglo yang menggunakan teras keliling.
 
Gambar 2.2 Joglo Sinom

3.    Joglo Jompongan
Joglo Jompongan adalah bentuk rumah joglo yang memakai 2 buah pengeret dengan denah bujur sangkar. Bentuk ini merupakan bentuk dasar joglo.
Gambar 2.3 Rumah Joglo Jompongan


4.    Joglo Pangrawit
Joglo Pangrawit adalah rumah joglo yang memakai lambang gantung, atap berujung merenggang dari atap penanggap, atap empar merenggang dari atas penanggap, tiap sudut diberi tiang (saka).
 
Gambar 2.4 Rumah Joglo Pangrawit


5.    Joglo Mangkurat
Pada dasarnya sama dengan Joglo Pengrawit, tetapi lebih tinggi dan cara menyambung ataap penanggap dengan penitih. Atap tersusun tiga merenggang. Atas brunjung, tengah penanggap, bawah penitih (teras). Namun apabila ditambah satu susun atap lagi di bawah penitih, maka atap ini ditambah satu sususn atap lagi di bawah penitih, maka atap ini disbut atap peningrat.
 
Gambar 2.5 Rumah Joglo Mangkurat


6.     Joglo Hageng
Joglo Hageng adalah rumah joglo yang memiliki ukuran lebih rendah dan ditambah atap yangg disebut pengerat dan ditambah tratak keliling Pendapa Agung Istana mangkunegaran Surakarta.
 
Gambar 2.6 rumah Joglo Hageng


7.    Joglo Semar Tinandhu
Joglo Semar Tinandhu (semar diusung/semar dipikul). Joglo ini biasanya digunakan untuk regol atau gerbang kerajaan.Karena tiang utama/saka guru pada joglo ini tergantikan oleh tembok sambungan, maka ruang di bawah atap yang lebih tinggi mempunyai besaran ruang sebatas di besaran uleng saja. Udara yang ada masih terpengaruh udara luar, namun terasa lebih sejuk karena ada kemiringan atap yang memberikan perbedaan udara antara ruang luar dengan ruang di dalam joglo.
Pada joglo semar tinandu ini udara bergerak secara lurus melalui celah diantara dua tembok sambungan. Pergerakan udara terjadi secara leluasa, langsung pada bagian tengah joglo ini, karena tidak terhalang oleh tembok, namun pada bagian samping kanan dan kiri, udara tidak bisa mengalir ke sisi sebelahnya, karena terhalang oleh tembok sambungan yang sampai ke puncak joglo. Udara kembali bergerak ke bawah melewati celah menuju ruang di sebelah tembok sambungan dan mengalir keberbagai arah. Ciri- ciri Joglo Semar Tinandhu:
·      Denah berbentuk persegi panjang.
·      Pondasi bebatur, yaitu tanah yang diratakan dan lebih tinggi dari tanah disekelilingnya. Diatas bebatur dipasang     umpak yang sudah diberi purus wedokan, umpak ini nantinya akan disambung dengan tiang saka.
·      Memakai 2 saka guru sebagai tiang utama yang menyangga atap brunjung dan 8 saka pananggap yang berfungsi sebagai penyangga yang berada diluar saka guru. Bagian bawah tiap saka diberi purus lanang untuk disambung ke purus wedokan dan diperkuat dengan umpak. 
·      Terdapat 2 pengeret sebagai penyangga balok tandu.
·      Memiliki tumpang 3 tingkat yang ditopang balok tandu.
·      Atapnya memiliki 4 jenis empyak yaitu; empyak brunjung, empyak cocor pada bagian atas dan empyak penanggap serta empyak penangkur dibagian bawah. 
·      Pada atap terdapat molo.
·      Menggunakan usuk rigereh, usuk yang pada bagian atas bersandar pada dudur sedangkan bagian bawah bertumpu pada balok pengeret dan dipasang tegak lurus.
·      Biasanya digunakan untuk regol ( pintu masuk).
 
Gambar 2.7 Rumah JogloSemar Tinandhu

 
Bahan yang Digunakan Pada Penutup Atap Rumah Joglo

Penutup atap adalah bagian dari rumah yang berfungsi untuk menutup rangka atap sehingga melindungi ruangan di bawahnya. Atap rumah dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu rangka atap dan penutup atap. Konstruksi rangka atap terdiri atas beberapa bagian mulai dari kuda-kuda yang merupakan tumpuan utama semua beban atap, kemudian nok, gording, dan balok tembok yang berada diatas kuda-kuda. Kuda-kuda merupakan tumpuan untuk gordingdan balok tembok, sedangkan gording dan balok tembok merupakan tumpuan untuk usuk (kasau).

a.    Bahan Rangka Atap
Bahan yang digunakan untuk atap rumah Joglo banyak menggunakan material kayu, mulai dari kayu polos sampai kayu yang penuh ornamen. Untuk penggunaan kayu yang penuh ornamen atau ukiran biasanya digunakan oleh orang-orang yang mempunyai uang banyak, semakin banyak ukiran dan tingkat kesulitannya maka orang yang mempnyai joglo itu dikatakan orang kaya. Begitu juga pada bagian tumpang sari, tumpang sari melambangkan tingkat status sosial dari suatu keluarga. Semakin banyak tumpang sari maka dapat dikatakan kaya. Dengan banyaknya kayu tersebut mengakibatkan beban yang harus disalurkan untuk sampai ke tanah oleh masing-masing soko cukup berat.
Selain kayu, baja ringan juga termasuk bahan yang dapat digunakan pada pembuatan atap rumah Joglo, seperti pada bangunan masjid An Nur di Sedayu, Yogyakarta. Masjid ini menggunakan jenis atap joglo berbahan baja ringan.

b.   Bahan Penutup Atap
Dalam perkembangannya, bahan penutup atap telah mengalami bentuk dan bahan yang berbeda. Dari sekian banyak bahan penutup atap, tidak semua bahan yang ada dapat digunakan. Dengan banyaknya bahan penutup atap maka harus diperhatikan pula beberapa hal, di antaranya kondisi iklim dan lingkungan tempat rumah berdiri, daya tahan, keserasian dengan arsitektur rumah, dan dana yang tersedia.
Bahan penutup atap yang sudah umum digunakan pada atap rumah joglo antara lain:
·      Genteng Tanah Liat
Material ini banyak dipergunakan pada rumah umumnya. Gentang terbuat dari tanah liat yang dipress dan dibakar. Kekuatannya cukup. Genteng tanah liat membutuhkan rangka untuk pemasangannya. Genteng dipasang pada atap miring. Genteng menerapkan sistem pemasangan inter-locking atau saling mengunci dan mengikat.
Warna dan penampilan genteng ini akan berubah seiring waktu yang berjalan. Biasanya akan tumbuh jamur di bagian badan genteng
·      Atap Sirap
Penutup atap yang terbuat dari kepingan tipis kayu ulin (eusideroxylon zwageri) ini umur kerjanya tergantung keadaan lingkungan, kualitas kayu besi yang digunakan, dan besarnya sudut atap. Penutup atap jenis ini bisa bertahan antara 25 tahun hingga selamanya. Bentuknya yang unik cocok untuk rumah rumah bergaya country dan yang menyatu dengan alam.

Cara Pemasangan Atap Rumah Joglo

A.      Proses Pembuatan Rumah Joglo
Dalam pembangunan suatu bangunan tentunya selalu dimulai dari bawah yaitu dengan merataan permukaan tanah dan dipadatkan agar tidak ambles karena konsolidasi. Pada saat pekerjaan pemadatan pekerja tidak boleh bicara dan pada pojok-pojok diberi sesajen untuk tolak bala, baru setelah itu letakkan umpak (pondasi) kemudian pasanglah soko guru dengan cara disambungkan dengan umpak menggunakan sambukan pen dan lubang. Untuk menjaga kestabilan dari soko guru agar tidak doyong (miring) maka di sangga dengan menggunakan bambu di semua soko gurunya. Pemasangan saka guru juga dengan jarak yang sama agar tidak miring. Cara pemsangannya tidak boleh terbalik. Kemudian dipasanglah tumpang sari yang dipasang sedemikian rupa, untuk jumlah lapis dari tumpang sari tergantung pada keinginan dari pemilik. Pengangkatan tumpang sari yang sudah diukir ini biasanya diselimuti kain agar tidak terjadi cacat pada ukirannya. Setelah tumpang sari sampai di atas kain dapat diambil/dilepas. Pasanglah balok persilangan di atas tumpang sari yang digunakan untuk memasang lampu barulah kemudian memasang tiang vertikal di atas balok persilangan tersebut yang berfungsi untuk membentuk atap yang seperti menara, pada pemasangan tiang ini diperlukan bambu yang disilangkan untuk memubuat tiang menjadi tegak dan agar lebih vertikal sempurna digunakanlah unting-unting. Baru setelah itu dipasang jurai dengan kemiringn 60 derajat. Pasanglah susuk dari emas/paku emas dipsang di nok, tunya, yang berfungsi untuk membuka rizki, dipasang bendera merah putih.
Kemudian rongrongan (bagian tengah soko guru dan tumpang sari) disambung dengan tiang luar dengan jurai 30 derajat. Kemudian barulah diberi gording di atas jurai yang menyambungkan antara rongrongan dengan tiang luar. Kemudian diberi usuk, dan reng, dan  diberi genteng. Perlu diketahui bahwa rumah joglo yang asli tidak menggunakan paku dan baut.


B.       Proses Pemasangan Atap Rumah Joglo
1.    Proses pekerjaan Rangka Atap dapat dimulai dari pembuatan saat pemasangan tiang atau soko guru sudah terpasang.
2.    Pasang Tumpang Sari diatas soko guru. Jumlah tumpang sari yang dipasang melambangkan drajat pemilik joglo. Semakin banyak berarti semakin banyak pula kekayaan pemilik joglo.
3.    Letakkan Kuda-kuda yang sudah dibuat diatas balok (ring Balok)
4.    Pasang Balok Gording sebagai pengikat antara kuda-kuda.
5.    Ikat kuda-kuda dengan Gording dengan kuat
6.    Pasang balok "Ikatan Angin" dengan ukuran 5cm x 10 cm secara silang (diagonal) diantara kuda-kuda.
7.    Pasang Balok Kaso di atas Gording yang telah dipasang.
8.    Pasang Reng diatas Kaso. Jarak pemasangan Reng disesuaikan dengan Type dan jenis penutup atap  yang akan digunakan, karena setiap type dan jenis penutup atap mempunyai ukuran yang berbeda.
9.    Pasang penutup atap. Jenis penutup atap dapat disesuaikan dengan keinginan pemilik.
10.     Pembuatan talang (jika terdapat jurai dalam) dari bahan seng atau karpet karet dan pemasangan penutup atap nok di wuwungan (paling atas) atau dibagian jurai.



Sumber Referensi

Mustopa, R. 2012. Joglo Rumah Tradisional Suku Jawa, (Online), (http://bintangkarang.blogspot.com/2012/06/joglo-rumah-tradisional-suku-jawa.html), diakses 29 Oktober 2014.
Desriantina, Y. 2011. Rumah Bentuk Joglo, (Online), (mybadai.blogspot.com/2011/01/rumah-bentuk-joglo.html), diakses 29 Oktober 2014.
Nugroho, W. 2012. Rumah Adat Joglo Semar Tinandu, (Online), (http://pabloinside.blogspot.com/2012/11/rumah-adat-joglo-semar-tinandu.html), diakses 29 Oktober 2014.
Ismunandar, R. 2013. Rumah Joglo, (Online), (http://arsitekarchira.com/?page_id=165), diakses 29 Oktober 2014.
Laksmitasari, R. 2011. Rumah Tradisional Joglo, (Online), (http://javasun3.wordpress.com/2011/08/07/rumah-tradisional-joglo/), diakses 29 Oktober 2014.
Sofyan, N. 2011. Atap, (Online), (http://sofyan-nepunk.blogspot.com/2011/09/atap.html), diakses 04 November 2014.
Mulyono, A. 2014. Macam-Macam Penutup Atap, (Online), (http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/menuutama/departemen-bangunan-30/901-macam-macam-penutup-atap), diakses 04 November 2014.
Pangestu, F. 2010. Pekerjaan Rangka Atap, (Online), (http://gianscarrier.blogspot.com/2010/03/pekerjaan-rangka-atap.html), diakses 04 November 2014.